NENEK MOYANG MANUSIA DAN SESAT FIKIR YANG KETERLALUAN
Awal mula saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama saya diperkenalkan tentang teori evolusi oleh guru IPA, saya dikejutkan dengan pernyataan yang mengungkap bahwa manusia memiliki hubungan genetika dengan kera. Betapa tidak, karena dalam konteks akal pikiran dengan nalar tidak memiliki hubungan sama sekali.
Namun saat saya duduk di bangku perkuliahan, teori tersebut bisa sedikit demi sedikit terpecahkan. Berikut ini saya mengusalnya dari segi ilmu logika yang mana sebagai pondasi dari ilmu filsafat itu sendiri.
Dalam sebuah proses penalaran, ada Namanya cara berfikir yang memungkinkan seseorang untuk membuat kesimpulan terhadap suatu pernyataan. Proses penalaran yang salah akan menimbulkan kesimpulan yang keliru pula, karena pada dasarnya yang berfungsi sebagai akar pikiran yaitu pola pikir itu sendiri mengalami kesesatan untuk memahami kondisi yang seharusnya.
Dalam beberapa teori, sesat fikir didefinisikan sebagai kekeliruan dalam penalaran berupa permbuatan kesimpulan dengan Langkah-langkah yang tidak sah karena melanggar kaidah-kaidah logika maupun berupa perbincangan yang bercorak menyesatkan karena sengaja atau tidak sengaja memasukan hal-hal yang membuat kesimpulanya menjadi tidak sah (Noor Muhsin Bakry dan Sonjoruri Budiani Trisakti, Logika (2020).
Berdasarkan pandangan di atas, bisa dikatakan sebuah pemikiran yang salah ialah karena adanya kaidah logika yang dilanggar. Kaidah logika sendiri mengarah pada proses kemampuan penalaran yang baik dan benar. The Liang Gie, 1998) Dalam sesat fikir, menurut ahli logika dibagi menjadi 3 bagian, salah satu diantaranya adalah sesatfikir formal. Untuk lebih memahami, berikut saya berikan contohnya :
Atlet renang professional adalah Kopasus atau Kopaska,
Dan, ternyata Kopaska,
Maka dia bukan Kopasus
Berdasarkan contoh di atas, dimana pola pikirnya berasal dari rumusan bentuk p atau q yang kemudian disusun dalam susunan pikir berikut ini :
p atau q
dan, ternyata p
maka kesimpulanya bukan q
Noor Muhsin Bakry dan Sonjoruri Budiani Trisakti, Logika (2020) pola berfikir yang seperti ini adalah penyimpulan yang meragukan dan cara berfikir seperti ini banyak dilakukan orang karena mirip dengan cara menetapkan salah satu bagian kesimpulanya mengingkari.
Dari pandangan di atas, tentu permasalahan penalaran yang benar mengenai logika harus diperbaiki, sebenarnya hal ini sangat menarik bagi setiap orang, seumpama manusia diberi kemampuan berfikir bukan semata-mata karena proses evolusi sebagaimana disampaikan dalam teori evolusi oleh Charles Darwin. Kemampuan berfikir manusia ialah berkat karunia sang pencipta yang maha Anggung, yang bahkan tidak akan pernah sampai penalaran manusia padanya, melainkan hanya akan menimbulkan sesatfikir seperti teori tersebut. Menurut saya, teori nenek moyang manusia adalah kera merupakan bukti dari adanya sesatfikir formal itu sendiri.
Dengan metode yang sudah dibuat dalam bentuk p atau q, berikut saya memberikan gambaranya.
Nenek moyang manusia adalah kera atau hewan,
Dan, ternyata nenek moyang manusia adalah kera,
Berarti dia bukan hewan.
Dari apa yang saya kemukakan di atas, menunjukan bahwa teori tersebut tidak bisa menjadi dasar karena menimbulkan keraguan terhadap kesimpulanya. Kerancuan dalam penyimpulan ini, menunjukan adanya kesalahan berupa permbuatan kesimpulan dengan Langkah-langkah yang tidak sah karena melanggar kaidah-kaidah logika.
Jika ini dinamakan sebagai kebenaran dalam kasus nenek moyang manusia adalah kera, maka sudah pasti jika kera bukanlah hewan, melainkan makhluk sejenis manusia (semisalnya). Namun dalam kenyataanya, tidak bisa dipungkiri bahwa kera adalah golongan dari jenis makhluk hidup yang disebut hewan. Sedangkan definisi hewan sendiri menurut KBBI ialah makhluk bernyawa yang mampu bergerak (berpindah tempat) dan mampu bereaksi terhadap rangsangan, tetapi tidak berakal budi (seperti anjing, kerbau, semut).
Bagaimana bisa terjadi, makhluk hidup yang tidak memiliki akal budi bisa dikatakan sebagai nenek moyang manusia yang berakal budi? Apakah yang saya utarakan di atas bisa dipahami?
Ini yang saya maksud sebagai sesatfikir itu sendiri, dan lebih fokusnya ialah sesatfikir formal yaitu kekeliruan penalaran berdasarkan bentuk atau sering disebut sesat fikir menurut logika The Liang Gie, 1998).
Apa yang saya utarakan di atas hanyalah sebuah pernyataan saya pribadi berdasarkan pemahaman dangkal saya mengenai logika melalui teori-teori yang ada. Semoga bermanfaat.